Saturday, April 16, 2011

MENGAPAI CINTA ILAHI



            Assalammualaikum kepada semua yang sudi membaca blog saya ini. semoga semuanya dalam rahmat Allah. Pada suatu pagi, saya telah menerima satu mesej dari kenalan yang menanyakan kepada saya adakah saya telah menjumpai cinta Allah? bagaimanakah untuk mengapai cinta Allah tersebut? lalu saya terus bermuhasabah adakah saya telah menjupai cinta Allah itu? secare jujurnya saya masih terawang-awangan dalam dunia yang penuh cabaran ini. Kealpaan terhadap al-Khalid kita sering berlaku terhadap diri saya.   


           Dengan itu, tergerak dalam hati saya untuk mencari jawapan tersebut sebagai seorang hamba yang hina ini.    
     
            Rasulullah s.a.w. bersabda: “Allah, Yang Maha Agung dan Mulia menjumpaiku – yakni dalam tidurku – kemudian berfirman kepadaku, “Wahai Muhammad, katakanlah : Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk mencintai-Mu.”

Dalam buku “Mahabbatullah” (mencintai Allah), Imum Ibnu Qayyim menuturkan beberapa tahap menuju wahana cinta Allah. Bahawasanya cinta sentiasa berkaitan dengan amal. Dan amal sangat bergantung pada keikhlasan hati, disanalah cinta Allah berlabuh. Itu kerana Cinta Allah merupakan refleksi dari disiplin keimanan dan kecintaan yang terpuji, bukan kecintaan yagn tercela yang menjerumuskan kepada cinta selain Allah.

Tahapan-tahapan menuju wahana cinta kepada Allah adalah sebagai berikut:
1. Membaca al-Qur’an dengan merenung dan memahami kandungan maknanya sesuai dengan maksudnya yang benar. Itu tidaklain adalah renungan seorang hamba Allah yang hafal danmampu menjelaskan al-Qur’an agar dipahami maksudnya sesuai dengan kehendak Allah swt. Al-Qur’an merupakan kemuliaan bagi manusia yang tidak bisa ditandingi dengan kemuliaan apapun. Ibnu Sholah mengatakan “Membaca Al-Qur’an merupakan kemuliaan, dengan kemuliaan itu Allah ingin memuliakan manusia di atas mahluk lainnya. Bahkan malaikat pun tidak pernah diberi kemuliaan semacam itu, malah mereka selalu berusaha mendengarkannya dari manusia”.
2. Taqarub kepada Allah swt, melalui ibadah-ibadah sunnah setalah melakukan ibadah-ibadah fardlu. Orang yang menunaikan ibadah-ibadah fardlu dengan sempurna mereka itu adalah yang mencintai Allah. Sementara orang yang menunaikannya kemudian menambahnya dengan ibadah-ibadah sunnah, mereka itu adalah orang yang dicintai Allah. Ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah, diantaranya adalah: shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah,sedekah sunnah dan amalan-amalan sunnah dalam Haji dan Umrah.
3. Melafazkan zikir kepada Allah dalam segala tingkah laku, melaui lisan, hati, amal dan perilaku. Tahap kecintaan seseorang terhadap Allah bergantung kepada kadar zikirnya kepadaNya. Zikir kepada Allah merupakan syiar bagi mereka yang mencintai Allah dan orang yang dicintai Allah. Rasulullah s.a.w. pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah aza wajalla berfirman :”Aku bersama hambaKu, selama ia mengingatKu dan kedua bibirnya bergerak (untuk berzikir) kepadaKu”.
4. Cinta kepada Allah melebihi cinta kepada diri sendiri. berpandukan cinta kepada Allah di atas cinta kepada diri sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak lebih mencintai diri sendiri. Artinya ia rela mencintai Allah meskipun berisiko tidak dicintai oleh mahluk. Inilah darjat para Nabi, diatas itu darjat para Rasul dan diatasnya lagi darjat para rasul Ulul Azmi, lalu yang paling tinggi adalah darjat Rasulullah Muhammad s.a.w. sebab beliau mampu melawan kehendak dunia seisinya demi cintanya kepada Allah.
5. Berpaksikan musyahadah (menyaksikan) dan ma’rifat (mengenal) Allah s.w.t. Penglihatan kalbunya terarah kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Kesadaran dan penglihatan kalbunya berkelana di taman ma’rifatullah (pengenalan Allah yang paling tinggi). Barang siapa ma’rifat kepada asma-asma Allah, sifat-sifat dan af’al-af’al Allah dengan penyaksian dan kesadaran yang mendalam, nescaya akan dicintai Allah.
6. Menghayati kebaikan, kebesaran dan nikmat Allah zahir dan batin akan mengantarkan kepada cinta hakiki kepadaNya. Tidak ada pemberi nikmat dan kebaikan yang hakiki selain Allah. Oleh sebab itu, tidak ada satu pun kekasih yang hakiki bagi seorang hamba yang mampu melihat dengan mata batinnya, kecuali Allah s.w.t. Sudah menjadi sifat manusia, ia akan mencintai orang baik, lembut dan suka menolongnya dan bahkan tidak mustahil ia akan menjadikannya sebagai kekasih. Siapa yang memberi kita semua nikmat ini? Dengan menghayati kebaikan dan kebesaran Allah secara zahir dan batin, akan membawa kita kepada rasa cinta yang mendalam kepadaNya.

7. Ketertundukan hati secara menyeluruh di hadapan Allah, inilah yang disebut dengan khusyu’. Hati yang khusyu’ tidak hanya dalam melakukan solat tetapi dalam semua aspek kehidupan ini, akan membawa kepada cinta Allah yang hakiki.
8. Mendekatkan diri kepada Allah dengan menyendiri . Bilakah waktu itu? Yaitu saat sepertiga terakhir malam. Di saat itulah Allah s.w.t.   paling berharga bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan solat malam (qiamulail) agar mendapatkan cinta Allah.
9. Bergaul dengan orang-orang yang mencintai Allah, maka kita akan mendapatkan cinta Allah s.w.t.
10. Menjauhi sebab-sebab yang boleh menghalang komunikai hati dan Al-Khaliq, Allah subhanahu wataala.


        Marilah kita bersama-sama mencari dan mengapai cinta Ilahi ini kerana cinta inilah sahaja yang paling hakiki dari segala cinta didunia ini. Semoga kita semua akan menjadi dari kalangan mereka yang sentiasa mengingati Allah. wallahu a'lam.


No comments:

Post a Comment