Monday, April 18, 2011

Media Massa: Peranannya Dalam Revolusi di Dunia Arab


          Di Saat menulis artikel ini, dunia sedang memerhati bagaimana berakhirnya gerakan revolusi di dunia Arab. Bermula dari Tunisia kemudian Mesir, yang berhasil menjatuhkan kedua penguasa di negeri itu.

       Bangsa Arab dan umat Islam masih berteka-teki bagaimana revolusi di Libia, Yaman dan Syiria akan berakhir? Kesemua negeri tersebut memiliki situasi dan keadaan sosial, politik, dan ekonomi yang berbeza.
      Namun memperbahaskan media dan perannya dalam gerakan revolusi ini, semuanya hampir sama walaupun ada perbezaan dalam hasil yang terkadang tidak sampai pada kemunculan revolusi dalam beberapa keadaan. Saya berusaha meringkaskan tentang situasi dan keadaan di dunia Arab dan peranan media massa ka atas revolusi:
Sikap Media Terhadap Gerakan Revolusi



     Tiada perbezaan pendapat bahawa gerakan revolusi Arab di saat ini mula  menampakkan perubahan dalam kehidupan politik dan budaya bahkan bidang sosial di dunia Arab. Termasuk perubahan wajah media di kawasan Arab.

     Media menjadi satu medium bagi pemerintah sebelumnya berkuasa, kini keadaan berubah. Media telah terpengaruh oleh revolusi dan media juga membawa pengaruh kepada revolusi. Ketika revolusi Tunisia meletus, kemudian Mesir, rakyat yang menonton 600 chanel televise di dunia Arab, ratusan akhbar dan majalah akan menemukan keterbelahan secara jelas seperti berikut:
1. Media pemerintah atau yang pro pemerintah  melawan gerakan revolusi: Pemerintah Mesir memiliki puluhan chanel televisi. Ketika jutaan warga Mesir keluar ke jalan-jalan menunjuk perasaan dan menuntut presiden berundur, akan tetapi chanel-chanel itu seakan tidak terjadi apa-apa.
Mereka tetap membela status penguasa dan meremehkan para penunjuk perasaan dengan cara yang mungkin menjelekkan, kerana tidak sekali-kali melibatkan parti. Lebih buruk lagi terjadi di Tunisia disebabkan parti penguasa Zainuddin Bin Ali yang sama sekali tidak memberikan suara rakyat atau suara kebebasan.
Politik rejim Mesir dan Tunisia terhadap media diwarnai dengan perselewengan fakta. Itu dilakukan selama revolusi terjadi dan tidak mempedulikan perubahan yang terjadi. 
Media pemerintah Libia masih berperan membela pimpinan Libia Muammar Qadafi. Padahal sudah banyak hal yang diungkap oleh rakyat di sana tentang manipulasi dan kebohongan medianya.
Walau bagaimana pun, aksi penunjuk perasaan dan protes terus berlangsung. Masih banyak kejadian misteri yang menjadi pertanyaan jutaan orang tentang apa yang terjadi di Syiria dan akan diungkap pada beberapa bulan atau tahun mendatang.



2. Media pemberitaan yang mendorong revolusi: Peranan media ini mengganggu kepentingan penguasa.
Dalam hal ini Aljazeera menjadi contoh, termasuk chanel lainnya disamping media asing seperti canel Inggris yang berpengaruh karena mengungkap sejumlah peristiwa dan penyiasatan penting yang menyalakan api kemarahan  rakyat Mesir dalam detik-detik terakhir revolusi.
Contohnya, penemuan puluhan milioan wang hasil penyelewengan kewangan pemerintah, penemuan rancangan pejabat lama untuk menciptakan fitnah "provokasi" antara kaum Muslimin dan Kristen. Berita-berita seperti ini seakan-akan menjadi minyak bahan bakar yang dituangkan ke tempat api kemarahan kelompok revolusi.
Meski pun kritikan sebahagian pihak terhadap liputan Al-Jazeera dalam beberapa peristiwa, namun peranannya masih menjadi yang terpenting. Hal itu jelas ketika terjadi revolusi Mesir di mana layar TV Aljazeera menjadi "liputan politik hidup".
3. Media eletronik modern menjadi koordinasi gerakan revolusi: Maksud di sini adalah peranan jejaring sosial, jika itu kita namakannya sebagai media massa dan bukan sekedar "media komunikasi antar individu saja".
Rangkaian-rangkaian internet pemberita milik sejumlah gerakan pemuda, partii nasional dan agama, rangkaian pemberita terbuka atau bebas memiliki peranan dalam membentuk pandangan rakyat di kalangan para pemuda dan kaum cendikiawan. Rangkaiaan jejaring Facebook, Twitter dan Youtube memudahkan komunikasi antar pemuda yang tergabung dalam gerakan revolusi. 
Rangkaian jejaring ini juga mengirimkan banyak informasi dan gambar ketika para wartawan yang sedang membuat liputan dilarang oleh askar rejim ke tempat kejadian. Namun Terlalu sederhana dalam analisis sosio politik jika kita sebut revolusi itu diciptakan oleh media eletronik.



Namun revolusi Facebook dan Twitter mengajar  pakar sosiologi dan pemerhati  bahwa revolusi rakyat memiliki had yang sudah sampai penghujungnya. Perkara ini meletus karena beberapa faktor:
- Faktor-faktorberkaitan politik penguasa, kediktatoran penguasa, kezaliman yang sampai pada tahap kemuncak. Ketika kehidupan rakyat dipenuhi dengan kezaliman, majoriti rakyat mengalami berbagai bentuk ketidak adilan, kehilangan syura, persamaan, kebebasan, mereka sebenarnya menunggu "had revolusi" yang akan meletus dalam beberapa faktor yang disusuli oleh kejadian tertentu.
- Faktor-faktor berkaitan kesadaran dan kecerdasanpemikiran rakyat dan berkaitan dengan gerakan politik, agama, sosial dan taraf intelektual politik di kalangan rakyat atau elit mereka. Bahkan ini berlaku di Negara yang tidak ada parti atau gerakan setelah dilarang oleh penguasa seperti di Libia dan Tunisia. Pasti di sana ada kelompok tertentu di kalangan pemuda yang mencipta dan menyuburkan kesadaran rakyat. Faktor ini jelas berlaku dalam revolusi Mesir yang kelihatan paling matang secara politik jika di bandingkan dengan negara lain.
- Kemudian faktor-faktor berkaitan situasi kawasan dan pengaruh global. Keberhasilan revolusi Tunisia dan jatuhnya presiden Ben Ali mendorong rakyat Mesir untuk menjatuhkan Hosni Mubarak. Padahal Mesir lebih dahulu jika dibandingkan Tunisia dalam hal gerakan  agama, pemuda, dan sosial. Ini disebabkan, banyak pemuda-pemuda Mesir meneriakkan "syukron Tunis" (Terimakasih Tunisia).
4. Media yang menyediakan ruang terbatas bagi tujuan revolusi: yakni media yang tidak anti revolusi namun tidak konsisten dengan peristiwa politik, misalnya canel khusus program hiburan film, nyanyian dan ragam-ragam lainnya.
Namun dalam beberapa acara memberikan ruang bagi informasi peristiwa revolusi kemudian melanjutkan programnya.



5. Media negative yang hanya sibuk dengan program hiburan: Media ini hanya menyiarkan programnya tanpa menyinggung revolusi seperti canel film, nyanyian, sinetron, dan sukan. Media ini di luar analisis tentang peraanan media terhadap revolusi.
Sumber asal: eramuslim dan al-Jazeera

No comments:

Post a Comment